Di sana dikatakan “Throughout the ancient world, as far back as Babylonia the worship of pagan gods grouped in triplets were common. This practice was also prevalent, before, during, and after Christ in Egypt, Greece and Rome”.
Dunia di zaman purbakala, sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi, baik sebelum, selama, maupun sesudah Yesus
Baca juga Jawaban Kebolehan menikahi sepupu
Sesudah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk kedalam agama Kristen
Filsafat Platonis dan Stoic yang diajarkan Plato -347 SM dan Zeno -263 SM tentang Logos menjadi jembatan untuk mempertuhankan Yesus menuju konsep Trinitas yang dinanti-nantikan para penyembah berhala untuk dikawinkan dengan ajaran Kristen. Ajaran tiga Tuhan dalam satu yang dianut para penyembah berhala inilah yang menginspirasi para pemimpin Gereja untuk mengembangkan ajaran tersebut dalam Kristen. Upaya para pemimpin Gereja yang saat itu dikenal dengan golongan Apologis untuk mengawinkan ajaran filsafat Yunani dengan ajaran Kristen dijelaskan oleh Paul Tilich dalam bukunya A History of Christian Thought
Para pemimpin Gereja yang umumnya Aplogis (mereka yang ingin mengawinkan filsafat Yunani dengan ajaran Kristen) bangkit untuk mencoba mengawinkan ajaran Kristen dengan filsafat Yunani
Baca juga Kontradiksi siapa Kakek Yesus
Di satu pihak umat Kristen memiliki Yesus yang diambil dari Yahudi, sementara dipihak lain, para pengikut ajaran Platonis dan Stoic memiliki Logos yang diambil dari Plato dan Zeno . Hasil akhir dari perpaduan keduanya yang diterima oleh umat Kristiani adalah Logos Yesus. Yesus bukan lagi sekedar seorang Nabi Isa untuk bani Israel, tetapi sudah berubah menjadi Yesus baru yang penuh dengan embel-embel Platonis dan Stoic – Yesus Kristus anak Allah, perantara antara Tuhan dan manusia, Tuhan dan juru selamat.
Athanasius kemudian menambahkan satu Tuhan lagi yakni Roh Kudus untuk melengkapi Ketuhanan Kristen menjadi Tiga dalam Satu (Trinitas), persis seperti ajaran Ketuhanan Agama Mesir, dimana Athanasius berdomisili.
Pengaruh agama Mesir terhadap Kristen dijelaskan oleh Cave dalam bukunya Is the Trinity Doctrine divinely Inspired? sebagai berikut:
“The Trinity was a major preoccupation of Egyptian theologians…. Three gods are combined and treated as single being, addressed in the singular. In this way the spiritual force of Egyptian religion shows a direct link with Christian theology”
(Trinitas merupakan paham utama para penganut agama Mesir…. Tiga Tuhan bersatu dan diperlakukan sebagai satu, yang disebut esa. Dalam hal ini nampak kekuatan spiritual agama Mesir yang langsung mempengaruhi agama Kristen)
Kesimpulannya : Trinitas adalah sebuah doktrin yang resmi disepakati oleh para Bapa Gereja pada tahun 325 di Konsili Ekumenis di Nicea yang kemudian di ajarkan dan disebarkan Oleh Bapa-bapa Gereja sebagai terusan kepercayaan Pagan penyembah berhala ,dan dikukuhkan di Konsili Ekumenis di Kontantinopel pada tahun 381 ,Jadi Fix Trinitas buatan Orang-orang setelah Yesus , Bukan Ajaran yang di bawa dan diajarkan Yesus pada umatnya Bani Israel
Tidak ada komentar
Posting Komentar